Jan Pieterszoon Coen: Pendiri Batavia Bukan Pendiri Jakarta

| komentar

Jakarta (dulu Batavia) tidak bisa lepas dari nama besar Jan Pieterszoon Coen, yang merupakan tokoh pemimpin VOC (Vereenigde Oostindische Compagnnie) yaitu perusahaan dagang besar untuk Hindia Belanda yang pernah hidup pada tahun 1587-1629. Coen lahir di Hoom, kota pelabunan di Belanda bagian utara yang dijuluki juga kota VOC. Coen bukan seorang yang terkenal pada perjalanan pertamanya tahun 1607 ke Hindia Timur, ia ditugaskan sebagai negosiator dagang, sampai keadaan dimana atasanya Pieter Willemzoon Verhoeff konon dibunuh orang Banda saat negosiasi pembelian rempah-rempah, hal inilah mulanya yang memicu Jan Pieterszoon Coen menjadi seorang yang keji dalam setiap negosiasi perdagangannya, terutama menghadapi orang Banda selanjutnya. Coen sendiri pada jamannya dijuluki “Ijzeren Jan” (Si Tangan Besi) karena ia tidak ragu mengorbankan nyawa. Kekejamannya yang paling besar adalah membinasakan penduduk Banda karena mereka melawan dan menolak praktek monopoli dagang pala kepada VOC, mereka tidak mau hanya menjual pala kepada VOC dengan harga murah.

Pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen sudah menjabat sebagai Gubernur Jendral di usia 31 tahun, yang berlokasi di Banten, di sana dia tidak tahan terhadap orang Banten dan orang Inggris. Dibawah komanadonya, VOC merebut dan menghancurkan wilayah Jayakarta dibawah pimpinan Fathillah dan baru satu tahun kemudian diatas puing-puing kota Jayakarta VOC di bawah Jaan Pieterszoon Coen ini membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavienren (leluhur bangsa Belanda) dan benteng pertahanan (Kaastil Batavia). Sebagai pendiri Batavia, Coen mencoba membuat Batavia seperti Hoom, kota kelahirannya. Kemudian pada tahun 1623, ia pulang ke Belanda dan menyerahkan kekuasaannya sebagai Gubernur Jendral kepada Pieter de Carpentier

Coen kembali ke Batavia pada tahun 1627, setelah pimpinan VOC di Belanda menyuruhnya kembali dan menjadi Gubernur Jendral untuk masa jabatan ke dua. Di masa ini Coen mengalami perang melawan kesultanan Banten dan Mataram tapi keduannya gagal menjatuhkan Batavia, sampai akhirnnya Jan Pieterszoon Coen tewas secara mendadak akibat penyakit Kolera tahun 1629, walaupun dalam hidup yang relative singkat itu (baru 42 tahun umurnya ketika ia tewas), namun dia mampu menjadi tokoh kontroversial. Bahkan menurut cerita yang beredar pada masa itu, beberapa hari sebelum menghembuskan napas terakhirnya, ia masih menyiksa anak asuhnya, Sarah, yang ketahuan main serong dengan seorang pelaut dan akhirnya sang pelaut itupun dihukum mati.

Pemerintah kolonial Belanda di Batavia lewat Gubernur Jendralnya pada tahun 1869 mendirikan sebuah monument berupa patung Jan Pieterszoon Coen, bertepatan dengan 250 tahun usia kota Batavia waktu itu yang terhitung dari masuknya VOC pimpinan Jan Pieterszoon Coen tahun 1619. Patung yang dulu berdiri angkuh di depan Gedung Putih (kini Gedung Kementrian Keuangan di Lapangan Banteng) itupun patung si pendiri Batavia sudah dihancurkan pada masa pendudukan Jepang di Jakarta tahun 1943. Seperti juga di Batavia tempat di mana Coen tewas, di Hoom kota di mana Coen dilahirkan juga berdiri megah sebuah monumen berupa patung di si pendiri Batavia itu, namun keberadaannya juga sangat mengganggu oleh beberapa kalangan mengingat patung itu melambangkan penghormatan terhadap seorang pembantai besar dalam sejarah Belanda dan sangat bertentangan karena di Negara Belanda juga terdapat Mahkamah Internasional yang seharusnya dalam hal ini Belanda menjadi Negara teladan.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Anomali Jakarta - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger